Rabu, 08 Desember 2010



Sambut 1 Muharam 1432 H
Santri Al Fath Nyo nyo o Seuneu

Menyambut tahun baru Islam 1 Muharam 1432 Hijriah yang jatuh pada Selasa (7/11), Pondok Pesantren Dzikir Al Fath, di Kelurahan Karang Tengah, Kecamatan Gunung Puyuh Kota Sukabumi, menggelar berbagai acara ritual kebatinan. Salah satunya adalah pentas seni budaya Sunda Islam Pajajaran yakni Nyonyo o Seune (Permaianan Api), debus dan pertunjukan silat meong bodas.

Sebulum pentas seni Sunda Islam Pajajaran ini ditampilkan, acara dimulai pukul 16.00 WIB, dengan ritual tawasulan yang dipimpin langsung oleh pimpinan Ponepes Al Fath Ustadz Fajar Laksana. Puluhan santri dan jamaah napak khuusuan dan khidmat saat tawasulan berlangsung.Gema Dzikir menggelagar di area pesantren dipadu dengan gemercik air hujan.

Acara dilanjutkan dengan pembacan sejarah Islam Pajajaran,pencucuian benda pusaka Pajajaran di Musium Islam Sunda Pajajaran yang letaknya bersebelahan dengan Mesjid Jami Al Fath. Sedangkan acara pentas seni budaya islam Pajajaran dimulai bada salat Isya, setealah taujiah.

“Acaara ini dilakukan setiap tahun baru islam 1 Muharam. Ritual kebatinan ini penting dilakukan untuk menambah keyakinan keiamanan kepada Allah bagi para jamaah,.Tahun baru Islam harus dijadikan momentum peningkatan ketaqwaan dan keimanaan kepada Allah SWT,”Kata Fajar kepada wartawan usai tawasulan.

Ritual kebatian, serta pentas budaya Pajajaran Islam ini penting dilakukan untuk, pelurusan sejarah Kerajaan Pajajaran. Perlu diyakini oleh para jamaah khussnya, bahwa Kerajaan Pajajaran hingga saat ini masih ada. Raja Pajajaran Raden Pamanah Rasa beragama Islam. Kerajaan Pajajaran sekarang masih ada yaitu di alam gaib.

“Melalu ritual inilah maka bisa dibuktikan dan harus diyakni bahwa alam gaib itu ada. Buktinya adalah benda pusaka dan keilmuan asli Pajajaran yang dipertuinjukan oleh para santri. Nyo nyo o Seuneu merupakan salah satu budaya Pajajaran,” lanjutnya.

Pertunjukan seni budaya Pajajaran Islam Nyo Nyo O Seuneu ini sangat menarik karena penuh atraktif dan tidak bisa diamainkan oleh sembarang orang. Bak permaianan sepak bola api, para santiri Al Fath memperlihatkan kebolehanya menguasai dan mempermainkan bola apai dengan mengunakan tangan ibarat main bola basket.

Mereka napak akrab tidak merasa kepananas saat memegang api yang mayanyala nyala. Selain sudah terlatih, tentunya para pemain harus menguasasi ilmunya. Kebolehan lainya yang dipertunjukan oleh para santri adalah membakar diri, debus, serta peragaan jurus Silat Meong Bodas, diiringi rampak gendang.

Kendati hujan mengiringi rangkaian acara, namun tidak mengurangi kekhusuan dan kemeriahan acara. Hadir dalam Gebyar Muharam tersebut, Sekretaris Dinas Pariwisata Olahraga dan Budaya Kota Sukabumi Ade Suherman. Sedangkan Taujiah diisi oleh Pengurus MUI Kota Sukabumi Ade Juanda.

Minggu, 28 November 2010

Era Kebangkitan Sunda di Depan Mata


Orang Sunda dituntut untuk lebih terampil dan berani maju dalam menghadapi tantangan jaman. Sebab saat ini merupakan era kebangkitan orang Sunda. Hal tersebut diungkapkan Ketua Dewan Pembina Yayasan Pamanah Rasa Nusantara Mayjen (Purn) Iwan R Sulandjana saat peresmian Musium Islam Sunda Siliwangi di Pondok Pesantren Al-Fath, Perumahan Gading Kencana, Sukabumi, Minggu (28/11).
Menurutnya, berdasarkan wangsit atau uga Siliwangi, era kepemimpinan nasional akan segera memasuki periode ketiga di mana era ini akan menjadi jamannya orang Sunda. Ia menjelaskan, pada era pertama, haknya jatuh pada orang Sumatra. Lalu era kedua, jatuh pada orang Jawa. “Inilah saatnya orang Sunda tampil ke panggung, tidak lagi sebagai penonton,” jelasnya.
Ia menambahkan, kepemimpinan di tangan orang Sunda nantinya akan menghasilkan kehidupan yang aman, tenang dan sejahtera alias gemah ripah loh jinawi. Untuk itu, ia mengimbau agar semua kalangan mempersiapkan diri menyongsong era kebangkitan tersebut. “Sudah saatnya perdebatan tentang sosok Prabu Siliwangi dan sejarah kerajaan Siliwangi tidak lagi diperdebatkan. Kita semua harus kompak dan bersatu,” harapnya.
Sementara itu, M Fajar Laksana, pendiri Musium Islam Sunda Siliwangi menjelaskan musium yang didirikannya tersebut bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan wawasan masyarakat tentang sosok Prabu Siliwangi. Prabu masyhur pemilik kerajaan Pakuan Pajajaran bergelar Prabu Siliwangi Pangeran Pamanah Rasa tersebut hidup pada abad ke-14. Pusat kerajaannya berada di Desa Pajajar Kecamatan Rajagaluh Kabupaten Majalengka.
Berdasarkan kitab Suwasit, menurut Fajar, Prabu Siliwangi memeluk Islam setelah bertemu dengan Syekh Quro, pemuka agama terkemuka dari Karawang. Bersama Syekh Quro pula, Prabu Siliwangi melaksanakan ibadah haji ke Mekah al-Mukaromah selama 40 hari. Di kota suci itu, Prabu mengalami berbagai kejadian aneh dan mengagetkan. Berbagai kejadian itu semakin menebalkan keyakinan Prabu Siliwangi akan kebenaran ajaran Islam.
Saat pulang ke Majalengka, Prabu Siliwangi yang telah tampil beda dengan ke-Islaman-nya, bertekad untuk menyampaikan ajaran Islam ini kepada rakyatnya. Tapi niat itu hanya ia sampaikan kepada tiga istrinya dan para penasehatnya.
Setelah itu, ia melakukan tilem atau ngahiang. Dan lenyaplah kerajaan Pakuan Pajajaran dari muka bumi. Tekad tilem ini dimaksudkan agar para pengikut raja tidak saling bertengkar karena mempertahankan ajaran keimanannya.