Milenium ke - Tiga Kebangkitan Pajajaran
Sukabumi-Warga Kota Sukabumi patut berbangga. Pasalnya Musium Sejarah Islam Sunda (MUSIS) Pajajaran dibangun di Komlek Pesantren Al Path Kecamatan Gunung Puyuh Kota Sukabumi. Puluhan benda sejarah seperti kujang, tombak, bendera kerajaan, denah komplek istana, struktur organisasi serta surat-surat tulisan asli Raden Pamanah Rasa (Parbu Siliwangi) tersimpan dan ditata rapi dimusium ini. Wakil Walikota Sukabumi HM. Mulyono, MM meresmikan pendirian (MUSIS), Minggu (28/11) kemarin .
Serjarah Kerajaan Pajajaran nyaris tidak berbekas. Hal ini lantaran minimnya litelatur sebagai bukti pendukung sejarah. “Meski banyak persepsi tentang sejaraha sunda, paling tidak, keberadaan MUIS ini dapat menambah litelatur eksistensi kebesaran Kerajaan Sunda Pajajaran. Berdirinya museum ini dapat menambah khasanah budaya peninggalan sejarah Sunda,” ujar Mulyono.
Keberadaan MUSIS ini sangat disambut baik oleh Mulyono. Kendati idealnya terang dia pendirian Musim merupakan tanggung jawab pemerintah. Namundemikian, Pemda Kota Sukabumi mendukung penuh dan akan memelihara serta melestarikan peninggalan sejarah yang ada diMUSIS ini. MUSI ini sebagai media pembelajaran bagi pelajar, dan masyarakat untuk mengetahui sejarah Pajajaran.
“Kita akan ajukan agar buku sejarah yang ada dimusium ini menjadi kurikurum muatan local di tiap sekolah. Bahkan MUSIS ini juga sebagai pendudkung guru dalam meningjatkan kompetensi para guru,” jelasnya.
Peresmian MUSIS, yang dihadiri Ketua yayasan Pamanah Rasa Nusantara Mayjen Purn Iwan Sulan Jana, sekaligus Lounchin buku Sejarah Pjajaran Islam dan Parbu Siliwangi dan Lounching font (hurp) Padajajaran. Iwan menuturkan, hadirnya MUSIS ini merupakan tonggak bangkitnya kembali kejayaan Kerajaan Pajajaran ditatar Sunda.
“Memasuki Melinium ke Tiga, saatnya kebangkitan kebesaran Sunda. Ini adalah fakta sejarah sesuai dengan Wangsit Prabu Siliwang. Saya bangga sekaligus mendukung pendirian Musium ini,” katanya.
Menurutnya, sejarah Kerajaan Sunda Pajajaran dan Prabu Siliwangi nyaris terlupakan lantaran berbagai hal. Bahkan generasi muda dan pelajar banyak yang tidak menegetahui Siliwangi. “Nama Siliwangi yang mereka kenal hanya sebatas nama Kodam saja. Berdirinya musim ini dapat menambah khasanah budaya tentang kebesaran Krajaan Sunda.
Sebagai Ketua Yayasan Pamanah Rasa Nusantara, ia mengaku telah berkeliling ke beberapa wilayah di Indonesia bahkan ke negara tetangga. Tujuanya adalah mencari berbagai refernsi dan menyamakan presepsi tentang sejarah kerajaan - kerajaan yang ada dinusantara. Dijelaskanya, setelah melakukan dialog dan berdiskusi dengan beberapa tokoh sejarah, dan ketrurunan raja – raja di beberapa daerah dan negara tetangga, terkuak dan diakui kebesaran kerajaan Sunda yang paling tua peradabanya.
Iwan mengungkapkan, selama ini ia intensif melakukan pertemuan dengan beberapa tokoh termasuk dengan para sultan, ternyata kalender Sunda yang paling tua dalam sejarah. “Ini mereupakan bukti bahwa kerajaan Sunda kerjaan besar dan tertua. Diakui pula beberapa raja di Nusantara setelah ditelusuri ternyata keturunan kerajaan Sunada. Upaya ini bukan berati akan mendirikan kerajaan baru. tapi membangkitkan kembali budaya Sunda. Milenium ini merupakan melinium kebangiktan Pajajaran,” ungkapnya.
Sementara itu Pimpinan Ponpes Al Path pendiri MUISI dan penyusun Buku Sejarah Pajajaran dan Prabu Siliwangi Fajar Laksana, SE, MM, CQM, menegaskan, tujuan pendirian MUSIS dan penulisan buku sejarah ini untuk meluruskan persepsi persepsi kerajaan Pajaran dan Prabu Siliwangi. “Benda – benda yang ada di musium ini merupakan satu alat bukti tentang Pajajaran dan Prabu Siliwangi,” katanya.
Lebih jauh dikatakanya, buku ini memuat 22 bab disusun dari sumber Kitab Swasit karya Parbu Siliwangi. Didalamnya menerangkan tentang asal usul nama Pajajaran, Kujang, silsilah raja, Gelar Peabu Siliwangi, Sejarah masuk Islam dan alasan Kerajaan menghilang. Budi Darmawan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar