Minggu, 28 November 2010

Era Kebangkitan Sunda di Depan Mata


Orang Sunda dituntut untuk lebih terampil dan berani maju dalam menghadapi tantangan jaman. Sebab saat ini merupakan era kebangkitan orang Sunda. Hal tersebut diungkapkan Ketua Dewan Pembina Yayasan Pamanah Rasa Nusantara Mayjen (Purn) Iwan R Sulandjana saat peresmian Musium Islam Sunda Siliwangi di Pondok Pesantren Al-Fath, Perumahan Gading Kencana, Sukabumi, Minggu (28/11).
Menurutnya, berdasarkan wangsit atau uga Siliwangi, era kepemimpinan nasional akan segera memasuki periode ketiga di mana era ini akan menjadi jamannya orang Sunda. Ia menjelaskan, pada era pertama, haknya jatuh pada orang Sumatra. Lalu era kedua, jatuh pada orang Jawa. “Inilah saatnya orang Sunda tampil ke panggung, tidak lagi sebagai penonton,” jelasnya.
Ia menambahkan, kepemimpinan di tangan orang Sunda nantinya akan menghasilkan kehidupan yang aman, tenang dan sejahtera alias gemah ripah loh jinawi. Untuk itu, ia mengimbau agar semua kalangan mempersiapkan diri menyongsong era kebangkitan tersebut. “Sudah saatnya perdebatan tentang sosok Prabu Siliwangi dan sejarah kerajaan Siliwangi tidak lagi diperdebatkan. Kita semua harus kompak dan bersatu,” harapnya.
Sementara itu, M Fajar Laksana, pendiri Musium Islam Sunda Siliwangi menjelaskan musium yang didirikannya tersebut bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan wawasan masyarakat tentang sosok Prabu Siliwangi. Prabu masyhur pemilik kerajaan Pakuan Pajajaran bergelar Prabu Siliwangi Pangeran Pamanah Rasa tersebut hidup pada abad ke-14. Pusat kerajaannya berada di Desa Pajajar Kecamatan Rajagaluh Kabupaten Majalengka.
Berdasarkan kitab Suwasit, menurut Fajar, Prabu Siliwangi memeluk Islam setelah bertemu dengan Syekh Quro, pemuka agama terkemuka dari Karawang. Bersama Syekh Quro pula, Prabu Siliwangi melaksanakan ibadah haji ke Mekah al-Mukaromah selama 40 hari. Di kota suci itu, Prabu mengalami berbagai kejadian aneh dan mengagetkan. Berbagai kejadian itu semakin menebalkan keyakinan Prabu Siliwangi akan kebenaran ajaran Islam.
Saat pulang ke Majalengka, Prabu Siliwangi yang telah tampil beda dengan ke-Islaman-nya, bertekad untuk menyampaikan ajaran Islam ini kepada rakyatnya. Tapi niat itu hanya ia sampaikan kepada tiga istrinya dan para penasehatnya.
Setelah itu, ia melakukan tilem atau ngahiang. Dan lenyaplah kerajaan Pakuan Pajajaran dari muka bumi. Tekad tilem ini dimaksudkan agar para pengikut raja tidak saling bertengkar karena mempertahankan ajaran keimanannya.

2 komentar:

  1. Hidup & Jaya untuk Yayasan Pamanah Rasa Nusantara, semoga niat baik yang diemban dapat terlaksana & diridhoi Allah SWT amiiin,
    Saatnya kita untuk bersatu, perbedaan dapat dipersatukan bukan untuk dipersoalkan...

    BalasHapus
  2. Ciri Kebangkitan Sunda harus diawali bangkitnya Para Filsuf Sunda masa kini.
    MANA PARA FILSUF SUNDA MASA KINI?

    BalasHapus